Selasa, 10 Desember 2013

IRONI ATURAN DI NEGRI PELANGGAR

Oleh Zahirin,SS
Larangan merokok di depan gedung SDIT Adzkia 1 Padang. dengan adanya plang ini diharapkan agar udara di lingkungan Adzkia bersih dan segar, sayangnya masih banyak yang merokok di kawasan ini


Kesukaan orang di negeri ini adalah membuat aturan yang seabrek banyak. Bisa mencapai puluhan item. Kesemuanya memuat tujuan yang ingin dicapai pada wilayah cakupan dimana aturan itu dibuat. Namun yang banyak terjadi adalah aturan tinggal aturan. Tidak dibaca, dipahami apalagi dihayati. Evaluasi bagi pembuat aturan adalah lemahnya pengawasan ketika proses sedang berlangsung. Tidak adanya evaluasi dari aturan yang sudah dijalankan. Hasilnya, ya sebegitu saja. Hancur. Pemimpin yang hebat, memiliki wewenang untuk membuat sistem yang baik. Jika sistem berjalan baik, warga yang berada di dalamnya dipaksa harus ikut aturan yang berlaku.

Berkaca Pada Singapura
Lihatlah Singapura, Negara kecil itu sangat tertib, disiplin, bersih, indah, dan rapi. Buang sampah didenda hingga ratusan ribu rupiah, sehingga di sana tidak akan ditemukan sampah-sampah sebagaimana lazimnya di negeri kita ini. Sampah berserakan dimana-mana. Walau sudah disediakan tempatnya, walau sudah jelas ada larangan membuang sampah pada tempat-tempat tertentu, sering pula disosialisasikan betapa pentingnya menjaga kebersihan, namun itu hanya sekedar tulisan yang dipajang tanpa makna. Budaya mereka, ya buang sampah seenak perutnya.

Cerita Singapura yang terjaga lingkunganya, sebenarnya bukan hanya cerita. Pemerintah negara tersebut memang memiliki komitmen yang kuat untuk menjadikan Singapura bersih, Negara Singa yang dulunya dalam peta bernama Temasek itu, bisa menjaga lingkungannya menjadi seperti ini, karena kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri. Masyarakat Singapura yang telah membiasakan hidup untuk menjaga lingkungan menjadi penyebab salah satu kondisi lingkungan negara berpenduduk  5 juta itu lebih terjaga.

Walau negara Singapura ini kecil, berada di dalamnya para penghuni tidak merasakan sesak seperti kota-kota besar Indonesia. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas misalnya, pemerintah Singapura memberlakukan pajak yang tinggi, jika mau membeli mobil, seseorang harus berpikir berkali-kali, karena pajak yang harus dibayarkan hampir sama dengan harga mobil yang akan dibeli tersebut. Pengaturan dan tata letak kota tersusun rapi. Parkir kendaraan rapi. Berbayar, walau sedang kosong, kendaraan lain tidak akan bisa main masuk, main serobot. Lalu lintas, walau tidak ada polisi, para pengendara tidak akan ada yang berani menerobos lampu merah. Demikian pula di tempat-tempat yang dilarang berhenti. Maka boleh dikatakan tidak ada  yang mau melanggar semua peraturan yang sudah dibuat itu. Anehnya, orang-orang dari negara-negara yang tidak tertib seperti Indonesia, Thailand, Myanmar, Filipina, dan lain sebagainya jika sudah berada di dalamnya ikut-ikutan tertib. Mereka terpaksa berlaku seperti itu karena aturan yang diterapkan oleh negeri singa itu jelas dan terstruktur.

Di negara kita, aturan terlihat garang dalam tataran tekstualnya, tapi ompong dalam aplikasinya. Seperti aturan yang berada  dalam kawasan Adzkia, mulai dari berpakaian islami, larangan merokok, parkir kendaraan rapi. Semuanya sudah dibuatkan di atas tataran tekstual seperti spanduk, leaflet, pamplet, stiker, dan sosialisasi langsung, namun ternyata dilanggar. Ya, begitulah kondisi sosial dan budaya orang-orang yang suka melanggar.

Lemahnya Pengawalan didalam Proses
Aturan yang sudah dibuat sedemikian rupa, jika lemah pengawalan prosesnya maka itu awal penyebab aturan tinggal aturan. Entah dimana masalahnya, mungkin pada pemilik kebijakan, guru-guru, siswa-siswa, atau orang tua wali murid yang menjadi waga sekolah ini. Namun yang jelas, semua itu kembali  lagi kepada pemimpin dengan didukung oleh perangkat-perangkatnya. Pemimpin itu wewenangnya jelas, membuat aturan lalu mensosialisasikan aturan itu kepada seluruh karyawan di institusi yang dipimpinnya. Dimulai dari diri sendiri sebagai contoh teladan, lalu kepada orang-orang. Di dalam perjalanannya, pemimpin yang ditunjuk dituntut sabar dalam pengawasannya, sehingga bertemu titik lemah aturan  yang sudah dibuat itu.



Evaluasi Berkala
Menurut ensiklopedia evaluasi artinya proses penilaian. Dalam perusahaan evaluasi dapat diartikan proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya untuk mencapat tujuan perusahaan data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang akan dilakukan evaluasi, untuk mencapai evaluasi itu dengan baik haruslah menentukan permasalahannya dengan jelas. Sehingga dari data yang jelas itu dapat diidentifikasi dimana titik lemahnya untuk perbaikan dimasa mendatang. Idealnya, evaluasi harus dijalankan secara berkala, harian, mingguan, atau bulanan. Evaluasi penting untuk melihat dimana letak kekurangan-kekurangan di lapangan.

Untuk menjadikan Adzkia lebih baik, aturan demi aturan yang sudah dibuat, tidak hanya sekedar membuat, menghimbau, mengajak, mensosialisasikan, tetapi harus dijalankan dengan sistem, dengan didukung oleh SDM yang baik. Praktek nyata harus dilakukan di lapangan. Dimulai dari pemimpin hingga yang paling bawah. Kata AA Gym, lakukan 3 M;
Mulailah dari diri sendiri
Mulailah dari yang kecil, dan
Mulailah saat ini.

Embun Penyejuk Hati

25 November 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GURU KREATIF

GURU KREATIF Oleh : Husni S, Ag.  S enin   11 Rabi’ul Akhir 1441 H,   bertepatan dengan 9 Desember 2019, merupaka...