Kamis, 28 Maret 2013

MUSUHKU IDOLAKU




Ada saatnya manusia membutuhkan idola hidup yang mengisi ruang hampa di dalam kalbu. Idola yang menjadi panduan untuk menemukan jati diri. Sang idola yang tidak pernah puas dilihat dan dimpikan namun juga dijadikan acuan dan teman dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi adakalanya manusia tertipu dan tidak menyadari bahwa idola yang selama ini dipuja, ternyata musuh dalam selimut yang siap menghunus pedang menebas cahaya kehidupan.  Tiadalah propaganda itu disebarkan oleh kaum yang benci akan agama yang membawa keselamatan ini.

Allah berfirman, “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela padamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ’Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah”. (QS. 2:120)

Masih ingatkah tentang perang salib yang terjadi antara kaum kaum muslimin dengan kaum kafir (kaum salibis)? Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.

Itulah perang fisik terakhir–walaupun nyatanya masih ada perang-perang kecil -dan pemenangnya adalah kaum muslimin. Setelah kekalahan tersebut, pemimpin kaum kafir saat itu menyatakan, ”Tidak mungkin kita mengalahkan kaum muslimin selama mereka masih memiliki jihad fisabilillah.” Begitupun kondisi di Aceh sewaktu zaman penjajahan. Aceh tidak bisa diduduki penjajah karena rakyat berperang dengan jihad fisabilillah. Maka dirancanglah metode efektif berupa perang pemikiran untuk menjauhkan dan melalaikan umat dari agamanya. 

Betapa banyak idola yang ditatap manusia dalam penokohannya seperti artis, paranormal, pemimpin, politikus, ilmuwan, dan tokoh idola lainnya. Tidak terhingga pula banyaknya idola yang didekap berupa media dan teknologi. Ada juga prinsip dan gaya hidup yang menjelma menjadi idola.

Publik figur,  yang masyhur bikin ngawur

Popularitas atau kemasyhuran di zaman sekarang ini menjadi sesuatu yang sering dikejar orang. Mungkin karena popularitas memudahkan seseorang meraih impian. Popularitas juga membuat seseorang jadi trend setter. Penampilannya dijadikan model. Kata-katanya dijadikan petuah. Gaya hidupnya dijadikan standar berperilaku.

Artis. Lihatlah, setiap konser selalu ramai didatangi anak-anak muda. Tak peduli adanya korban dari tragedi konser sebelum-sebelumnya. Lihat histerianya ketika mengagumi artis di saat itu atau di acara-acara televisi. Mereka tidak malu berdesak-desakan, berpelukan dan berciuman dengan lawan jenis yang diharamkan.  Penampilannya ditiru seperti model rambut dan pakaian, walaupun harus buka aurat. Gaya bicaranya juga ditiru hingga sisi kehidupan artis yang paling pribadi.

Paranormal/dukun. Banyak yang berdalih, dia punya kekuatan supranatural, punya indera ke enam. Ternyata rasionaitas manusia modern hanyalah sebuah pengakuan semu. Buktinya masih banyak media yang menayangkan komentar paranormal tentang gambaran kehidupan yang akan datang ataupun peristiwa yang sedang hangat-hangatnya. Masih banyak media yang memuat peruntungan manusia sesuai dengan waktu kelahirannya. Anehnya, masih banyak juga yang mempercayainya walaupun mengaku beragama. 

Pemimpin. Walaupun Adolf Hitler, Karl Marx, dan lainnya telah meninggal namun masih banyak yang menyimpan potongan arsip tentang mereka secara nyata atau dalam pemikiran. Hal itu karena rasa ‘kagum’ terhadap pola kepemimpinan mereka. Di negara kita ini banyak juga yang seperti itu. Kefanatikan yang berlebihan kepada pemimpin membuat mata mereka tertutup untuk melihat kesalahan dan kekurangannya. Pemimpin yang suka berpidato omong kosong untuk orang lain dan lupa untuk dirinya. Tidak punya prinsip. Perkataannya bertentangan dengan ajaran agama. Segalanya hanya bersifat ritual. Kepentingan masyarakat sering dijadikan alasan semata supaya dipuja.

Ilmuwan sesat. Mereka dianggap telah memberikan kontribusi besar bagi ilmu pengetahuan untuk kehidupan manusia di dunia. Padahal kenyataannya mereka menghancurkan dunia. Mereka menistakan fakta dalam  ayat-ayat Alquran. Padahal Al-Qur'an lebih dulu diciptakan daripada mereka. Mereka sendiri ternyata adalah orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan. Teori kapital komunis Karl Marx dan  teori evolusi Darwin diantaranya yang telah menyesatkan dunia pendidikan kita.

Teknologi, Media Massa dan Hiburan, yang Bikin Lupa Diri

Perkembangan teknologi membawa banyak kemudahan dalam kehidupan kita. Akan tetapi tidak dipungkiri perekembangan tersebut harus menelan risiko yang besar juga. Sebutlah televisi, internet, alat komunikasi, game station, media massa lainnya dan sebagainya. Kalau mau menghitung, berapa persen manfaat yang didapat dari media yang ada? Lebih banyak mudharatnya, bukan, kalau kita tidak bisa memilah-milah. Kalaupun acaranya tidak masalah, coba lihat iklannya. Semuanya berisi pornografi, pornoaksi, zina, hingga membuang-buang waktu. 

Islam tidak melarang seni. Seni adalah keindahan. Dalam Islam kita juga mengenal seni musik dan seni lukis. Namun seni musik di sini bukan menjauhkan kita dari Allah SWT dan ajaran-Nya. Dengarlah lirik lagu sekarang, kata-kata cinta yang diobral murahan berseliweran dimana-mana. Nyanyian yang berisi kata-kata kotor, hina dan berbau maksiat itukah yang dikatakan seni? Begitupun dengan seni lukis dan foto. Seenaknya mengatakan pornografi sebagai seni mengekspresikan diri. Itu namanya seni yang sekuler. Seni yang  dipromotori setan.

Prinsip dan Gaya Hidup, yang Bikin Hidup Makin Redup

Banyak yang menganggap Tuhan itu cuma ada di masjid. Tuhan cuma ada ketika shalat. Agama itu hanya shalat, puasa, zakat, dan ibadah ritual lainnya. Keliru sekali! Di setiap detik hembusan nafas kita sejatinya berbau nilai-nilai Islam. Oleh karena itu banyak yang menganut prinsip materialistik dan mempercayai mistik. Kebahagian dan kesuksesan hanya dihitung dengan harta kekayaan yang dimiliki. Sehingga sering terjadi sikut kanan sikut kiri bahkan korupsi karena terlalu boros. 

Mode sudah menjadi gaya hidup manusia modern. Mode pakaian dan dandanan, sangat jauh dari syari’atnya. Berpakaian tapi menampakkan aurat termasuk juga pada kaum laki-laki. Pakaian dan dandanan laki-laki menyerupai perempuan dan sebaliknya. Lihatlah para anak muda khususnya, mejeng walaupun tak shopping di mall-mall menghabiskan waktu. Zina alias seks bebas tidak hilang dari peredaran. Barang-barang memabukkan seperti narkoba dan minuman keras masih meraja lela. Berita terbaru Kembali pemakai narkoba menyebabkan banyak korban jiwa karena kecelakaan jalan raya. Sekarang pelakunya dari kalangan yang mengaku pekerja seni.

Bukankah idola kita sudah tertulis dalam Al-Quran, yakni nabi Muhammad SAW? Kembalilah pada petunjuk-Nya. Kelak kau kan menemukan identitas sejatimu.
Apakah kita belum juga bisa berpikir kalau semua aktifitas yang kita lakukan, yang kita suka dan dipuja-puja yang menjerumuskan kita, pantaskah disebut idola? Kita hancur, hina, merana dan tidak berharga semua karenanya. Relakah? Di mana nurani kita?

Oleh: Widia Febriyeni, pernah dimuat di annida-online.com, Okt 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GURU KREATIF

GURU KREATIF Oleh : Husni S, Ag.  S enin   11 Rabi’ul Akhir 1441 H,   bertepatan dengan 9 Desember 2019, merupaka...