Oleh Zahirin,SS
Larangan merokok di depan gedung SDIT Adzkia 1 Padang. dengan adanya plang ini diharapkan agar udara di lingkungan Adzkia bersih dan segar, sayangnya masih banyak yang merokok di kawasan ini |
Kesukaan orang
di negeri ini adalah membuat aturan yang seabrek banyak. Bisa mencapai puluhan
item. Kesemuanya memuat tujuan yang ingin dicapai pada wilayah cakupan dimana
aturan itu dibuat. Namun yang banyak terjadi adalah aturan tinggal aturan.
Tidak dibaca, dipahami apalagi dihayati. Evaluasi bagi pembuat aturan adalah
lemahnya pengawasan ketika proses sedang berlangsung. Tidak adanya evaluasi
dari aturan yang sudah dijalankan. Hasilnya, ya sebegitu saja. Hancur. Pemimpin
yang hebat, memiliki wewenang untuk membuat sistem yang baik. Jika sistem
berjalan baik, warga yang berada di dalamnya dipaksa harus ikut aturan yang
berlaku.
Berkaca Pada
Singapura
Lihatlah
Singapura, Negara kecil itu sangat tertib, disiplin, bersih, indah, dan rapi.
Buang sampah didenda hingga ratusan ribu rupiah, sehingga di sana tidak akan
ditemukan sampah-sampah sebagaimana lazimnya di negeri kita ini. Sampah
berserakan dimana-mana. Walau sudah disediakan tempatnya, walau sudah jelas ada
larangan membuang sampah pada tempat-tempat tertentu, sering pula
disosialisasikan betapa pentingnya menjaga kebersihan, namun itu hanya sekedar
tulisan yang dipajang tanpa makna. Budaya mereka, ya buang sampah seenak
perutnya.
Cerita
Singapura yang terjaga lingkunganya, sebenarnya bukan hanya cerita. Pemerintah
negara tersebut memang memiliki komitmen yang kuat untuk menjadikan Singapura
bersih, Negara Singa yang dulunya dalam peta bernama Temasek itu, bisa menjaga
lingkungannya menjadi seperti ini, karena kondisi sosial dan budaya
masyarakatnya. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri. Masyarakat Singapura yang
telah membiasakan hidup untuk menjaga lingkungan menjadi penyebab salah satu
kondisi lingkungan negara berpenduduk 5
juta itu lebih terjaga.
Walau negara
Singapura ini kecil, berada di dalamnya para penghuni tidak merasakan sesak
seperti kota-kota besar Indonesia. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas
misalnya, pemerintah Singapura memberlakukan pajak yang tinggi, jika mau membeli
mobil, seseorang harus berpikir berkali-kali, karena pajak yang harus
dibayarkan hampir sama dengan harga mobil yang akan dibeli tersebut. Pengaturan
dan tata letak kota tersusun rapi. Parkir kendaraan rapi. Berbayar, walau
sedang kosong, kendaraan lain tidak akan bisa main masuk, main serobot. Lalu
lintas, walau tidak ada polisi, para pengendara tidak akan ada yang berani
menerobos lampu merah. Demikian pula di tempat-tempat yang dilarang berhenti.
Maka boleh dikatakan tidak ada yang mau
melanggar semua peraturan yang sudah dibuat itu. Anehnya, orang-orang dari
negara-negara yang tidak tertib seperti Indonesia, Thailand, Myanmar, Filipina,
dan lain sebagainya jika sudah berada di dalamnya ikut-ikutan tertib. Mereka terpaksa
berlaku seperti itu karena aturan yang diterapkan oleh negeri singa itu jelas
dan terstruktur.
Di negara kita,
aturan terlihat garang dalam tataran tekstualnya, tapi ompong dalam
aplikasinya. Seperti aturan yang berada
dalam kawasan Adzkia, mulai dari berpakaian islami, larangan merokok,
parkir kendaraan rapi. Semuanya sudah dibuatkan di atas tataran tekstual
seperti spanduk, leaflet, pamplet, stiker, dan sosialisasi langsung, namun
ternyata dilanggar. Ya, begitulah kondisi sosial dan budaya orang-orang yang
suka melanggar.
Lemahnya
Pengawalan didalam Proses
Aturan yang
sudah dibuat sedemikian rupa, jika lemah pengawalan prosesnya maka itu awal
penyebab aturan tinggal aturan. Entah dimana masalahnya, mungkin pada pemilik
kebijakan, guru-guru, siswa-siswa, atau orang tua wali murid yang menjadi waga
sekolah ini. Namun yang jelas, semua itu kembali lagi kepada pemimpin dengan didukung oleh
perangkat-perangkatnya. Pemimpin itu wewenangnya jelas, membuat aturan lalu
mensosialisasikan aturan itu kepada seluruh karyawan di institusi yang
dipimpinnya. Dimulai dari diri sendiri sebagai contoh teladan, lalu kepada
orang-orang. Di dalam perjalanannya, pemimpin yang ditunjuk dituntut sabar
dalam pengawasannya, sehingga bertemu titik lemah aturan yang sudah dibuat itu.
Evaluasi
Berkala
Menurut
ensiklopedia evaluasi artinya proses penilaian. Dalam perusahaan evaluasi dapat
diartikan proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam
upaya untuk mencapat tujuan perusahaan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.
Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi terdapat beberapa hal yang akan dibahas
yaitu apa yang akan dilakukan evaluasi, untuk mencapai evaluasi itu dengan baik
haruslah menentukan permasalahannya dengan jelas. Sehingga dari data yang jelas
itu dapat diidentifikasi dimana titik lemahnya untuk perbaikan dimasa
mendatang. Idealnya, evaluasi harus dijalankan secara berkala, harian,
mingguan, atau bulanan. Evaluasi penting untuk melihat dimana letak kekurangan-kekurangan
di lapangan.
Untuk
menjadikan Adzkia lebih baik, aturan demi aturan yang sudah dibuat, tidak hanya
sekedar membuat, menghimbau, mengajak, mensosialisasikan, tetapi harus
dijalankan dengan sistem, dengan didukung oleh SDM yang baik. Praktek nyata
harus dilakukan di lapangan. Dimulai dari pemimpin hingga yang paling bawah.
Kata AA Gym, lakukan 3 M;
Mulailah dari
diri sendiri
Mulailah dari
yang kecil, dan
Mulailah saat
ini.
Embun Penyejuk
Hati
25 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar